Search Asal Susuk. Sejarah warisan orang Perak tidak ada yang menerangkan dari mana asal usul Meor atau mior, bukanlah berasal daripada bahasa Arab, bukan juga pada asalnya bahasa Melayu asli Causa finalis (asal mula tujuan) adalah tujuan dari perumusan dan pembahasan Pancasila yakni hendak dijadikan sebagai dasar negara PENGERTIAN DAN ASAL-USUL HERMENEUTIKA: SEBUAH PERTIMBANGAN I Teori Asal Cerita Sangkuriang merupakan salah satu kisah legenda dari Jawa Barat yang terkenal. Cerita rakyat yang satu ini konon mengisahkan mengenai asal-usul terbentuknya Gunung Tangkuban Perahu yang berlokasi di utara kota Bandung. Cerita Sangkuriang mengisahkan mengenai Sangkuriang dan ibunya yang bernama Dayang Sumbi. Konon ceritanya akibat kejengkelan Sangkuriang, ia menendang perahu buatannya hingga melayang dan jatuh dalam posisi terbalik. Kisah inilah yang disebut-sebut mirip dengan bentuk Gunung Tangkuban Perahu yang seperti sebuah perahu yang sengaja diletakkan secara terbalik. Bunda pun sudah pasti familiar dengan dongeng masyarakat Sunda yang satu ini. Cerita Sangkuriang bahkan menjadi dongeng yang sering diceritakan kepada anak-anak karena sarat akan pesan moral. ADVERTISEMENT SCROLL TO RESUME CONTENT Lantas bagaimana kisah selengkapnya dari cerita Sangkuriang untuk dibacakan kepada anak-anak? Dan apa pesan moral yang bisa dijadikan pelajaran? Bunda dapat menyimak penjelasannya berikut ini Sangkuriang lengkapKisah lengkap mengenai Sangkuriang yang merupakan cerita legenda dari Jawa Barat berikut ini dikutip dari berbagai sumber seperti buku Sangkuriang, penerbit JP Books 2019 dan buku Dongeng Nusantara, penerbit Bestari 2019. Cerita Sangkuriang mengisahkan Sangkuriang dan Ibunya Dayang SumbingPada zaman dahulu, di Jawa Barat hiduplah seorang putri raja yang bernama Dayang Sumbi. Setelah bertahun-tahun tinggal di istana, Dayang Sumbi memutuskan untuk hidup di desa. Ia ditemani seorang anjing bernama si Tumang. Tumang sebenarnya adalah seorang pangeran dari kayangan yang dikutuk Dewa menjadi anjing. Saat Dayang Sumbi sedang menenun kain, tiba-tiba alat pintalnya terjauh. Karena malas mengambil, Dayang Sumbi berkata “Siapa yang mau mengambilkan alat pintalku, jika perempuan akan kujadikan adikku. Jika laki-laki akan kujadikan suamiku!” Si Tumang yang mendengar hal tersebut langsung mengambil alat pintal tersebut. Betapa terkejutnya Dayang Sumbi saat anjing tersebut menyerahkan alat pintalnya. Namun ia tidak mengelak dari Dayang Sumbi menikah dengan si Tumang yang dapat berubah wujud menjadi manusia. Beberapa tahun kemudian mereka dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Sangkuriang. Sangkuriang gemar berburu dan selalu ditemani Tumang, anjing kesayangan istanaSangkuriang sangat gemar berburu di dalam hutan. Setiap berburu, ia selalu ditemani oleh anjing kesayangannya, si Tumang. Suatu hari Dayang Sumbi ingin sekali makan hati rusa. Ia lantas menyuruh Sangkuriang mencarikannya untuk berburu rusa dan mengambil hatinya. Akhirnya dengan ditemani si Tumang, Sangkuriang pergi berburu ke hutan. Namun setelah seharian berjalan di hutan, ia tak juga menemukan rusa. Karena putus asa dan hari mulai gelap, terbesit di pikiran Sangkuriang untuk mengganti hati rusa tersebut dengan hati si Tumang. Lalu dipanahnya si Tumang dan diambil hatinya. Sangkuriang pun pulang ke rumah. Sejatinya Sangkuriang tidak tahu kalau anjing itu adalah ayah Sumbing marah dan Sangkuriang pergi dari rumahSesampainya di rumah ia langsung menyerahkan hati itu pada ibunya. Dayang Sumbi langsung memasak dan memakannya. Setelah itu ia bertanya, di mana si Tumang? Sangkuriang menjelaskan, bahwa yang dimakan ibunya itu adalah hati si Tumang. Betapa marahnya Dayang Sumbi mendengar hal tersebut. Ia kemudian memukul kepala Sangkuriang hingga terluka. Dengan perasaan sedih, Sangkuriang pergi meninggalkan ibunya. Bertahun-tahun ia mengembara berusaha melupakan kemarahan ibunya dengan menimba berbagai ilmu kesaktian. Sangkuriang tumbuh menjadi dewasa dan kembali ke desaSangkurang kemudian tumbuh menjadi pemuda dewasa, setelah menimba ilmu kesaktian ia memutuskan untuk kembali. Sesampainya di sana, ia sangat terkejut karena desanya sudah berubah total. Saat sedang berjalan-jalan tak sengaja Sangkuriang bertemu dengan wanita cantik di tepi telaga. Karena terpesona dengan kecantikan wanita tersebut, Sangkuriang langsung melamarnya. Lamaran Sangkuriang langsung diterima oleh wanita cantik itu. Ternyata wanita itu tidak lain ternyata adalah ibunya sendiri yang oleh Dewa dikaruniai wajah awet muda. Mereka sama-sama jatuh cinta dan berniat akan menikah dalam waktu dekat. Dayang Sumbi berencana menikah dan ternyata calon suaminya adalah anaknya sendiri, SangkuriangSuatu hari Sangkuriang meminta izin kepada calon istrinya itu untuk berburu di hutan. Sebelum berangkat, ia meminta Dayang Sumbi untuk mengencangkan dan merapikan ikan kepalanya. Alangkah terkejutnya Dayang Sumbi, karena pada saat ia merapikan ikat kepala Sangkuriang, ia melihat ada bekas luka. Ia mengenali bekas luka itu, “Kakanda, mengapa ada bekas luka di kepalamu?” tanya Dayang Sumbi.“Oh, bekas luka ini aku dapatkan dari ibuku. Ia memukul kepalaku dengan sendok nasi.”“Mengapa beliau memukul Kakanda? Apa yang telah Kakanda lakukan hingga membuatnya marah?”“Aku telah membunuh anjing kesayanganku dan menyerahkan hatinya untuk dimana ibuku. Ia memintaku untuk dicarikan hati rusa, namun aku tidak mendapatkan satupun rusa saat berburu di hutan.” Mendengar jawaban tersebut, Dayang Sumbi semakin yakin kalau pemuda gagah tersebut adalah anaknya Sangkuriang yang dulu telah pergi meninggalkan rumah. “Kau adalah anakku, dan aku ibumu. Tak mungkin kita menikah.” Sangkuriang tidak percaya mendengar hal tersebut. Ia bersikukuh tetap ingin mengawini Dayang Sumbi karena sudah terlanjur jatuh Sumbing mengajukan syarat pernikahan yang beratUntuk membatalkan niat Sangkuriang, Dayang Sumbi lantas meminta syarat. Ia mau dinikahi asal Sangkuriang mampu membuatkan telaga besar dan perahu di atas bukti dalam waktu semalam. Jika Sangkuriang gagal memenuhi syarat tersebut maka pernikahan itu akan dibatalkan. Melalui kesaktiannya dan dibantu ribuan jin, Sangkuriang memenuhi permintaan itu. Sementara di sisi lain, Dayang Sumbi diam-diam mengintip hasil kerja dari Sangkuriang. Betapa terkejutnya ia, karena Sangkuriang hampir menyelesaikan semua syarat yang ia berikan sebelum fajar. Sangkuriang marah hingga membalik perahu buatannyaDayang Sumbi lantas meminta bantuan masyarakat sekitar untuk menggelar kain sutra bewarna merah di sebelah timur kota. Ketika melihat warna memerah di timur kota, Sangkuriang mengira kalau hari sudah menjelang pagi. Ia langsung menghentikan pekerjaan dan merasa tidak dapat memenuhi syarat yang diajukan oleh Dayang Sumbi. Sangkuriang merasa jengkel dan marah. Ia lalu menjebol bendungan yang sudah ia buat dan terjadilah banjir yang merendam seluruh kota. Sangkuriang juga menendang perahu yang telah dibuatnya. Akhir cerita SangkuriangPerahu yang ditendang oleh Sangkuriang lantas melayang dan jatuh tertelungkup. Perahu tersebut menutup telaga yang belum selesai dibuat oleh Sangkuriang. Konon ceritanya perahu yang ditendang oleh Sangkuriang berubah menjadi sebuah gunung besar yang kini dikenal dengan nama Tangkuban Perahu. Kesimpulan dari cerita legenda rakyat Jawa Barat, SangkuriangBegitulah cerita lengkap mengenai Sangkuriang dan Dayang Sumbi. Keduanya adalah ibu dan anak yang tinggal di sebuah desa bersama seekor anjing bernama si Tumang. Sangkuriang yang gemar berburu, suatu hari diminta ibunya untuk mencari hati. Namun Sangkuriang tak kunjung mendapatkan rusa setelah seharian berada di dalam hutan. Akhirnya ia memutuskan untuk mengganti hati rusa dengan hati si Tumang. Hati si Tumang ia berikan kepada Dayang Sumbi. Terkejutlah Dayang Sumbi ketika Sangkuriang mengaku bahwa hati yang dimakan ibunya tersebut adalah hati si Tumang yang sebenarnya ayah kandung Sangkuriang. Merasa murka, Dayang Sumbi lantas memukul kepala Sangkuriang dan membuat anaknya pergi meninggalkan rumah. Bertahun-tahun mereka terpisah hingga Sangkuriang tumbuh menjadi pemuda gagah. Ia secara tidak sengaja bertemu kembali dengan Dayang Sumbi. Sayangnya Sangkuriang tidak mengenali ibunya yang awet muda tersebut. Sangkuriang malah jatuh hati dan melamar Dayang Sumbi. Dayang Sumbi awalnya menerima pinangan Sangkuriang sampai akhirnya ia mengetahui kebenaran bahwa pemuda gagah tersebut adalah anaknya yang bertahun-tahun lalu pergi meninggalkan rumah. Meski sudah diberi tahu oleh Dayang Sumbi bahwa ia adalah ibunya, namun Sangkuriang tetap bersikukuh ingin menikahinya. Dayang Sumbi kemudian mengajukan satu syarat yaitu membuat sebuah telaga besar di atas bukit beserta dengan perahunya. Sangkuriang menyanggupi hal tersebut dan dibantu oleh para jin untuk memenuhi syarat tersebut. Dayang Sumbi yang hendak menggagalkan rencana tersebut akhirnya berusaha membuat suasana fajar dengan membentangkan kain merah di ujung kota. Sangkuriang yang mengira hari sudah beranjak pagi merasa kesal karena permintaan Dayang Sumbi belum sepenuhnya selesai akhirnya menendang perahu buatannya hingga terbalik. Itulah cerita legenda terbentuknya Gunung Tangkuban Perahu yang berkembang di masyarakat. Melalui kisah Sangkuriang dan Dayang Sumbi tersebut semoga Bunda dapat memetik pesan moral yang baik untuk diajarkan kepada moral dari kisah dongeng legenda SangkuriangCerita Sangkuriang dan asal-usul Tangkuban perahu memberikan beberapa pesan moral. Dongeng ini mengajarkan bahwa bersikaplah jujur karena jika berbohong seperti yang dilakukan oleh Sangkuriang kepada ibunya mengakibatkan hubungan keduanya menjadi tidak baik dan merusak kepercayaan. Namun di sisi lain, ketika Si Kecil melakukan kesalahan, Bunda dan Ayahnya hendaknya menghukum anak dengan sewajarnya. Apabila Bunda merasa jengkel atau marah kepada anak, lebih baik Bunda menjauh dari jangkauan Si Kecil sampai amarah tersebut reda. Barulah sampaikan dengan bijak apa yang membuat Bunda kepada Si anak berbuat salah, beritahukan apa kesalahan mereka dan peringatkan tegas agar mereka tidak mengulangi perbuatan salah tersebut. Janganlah sekali-sekali menggunakan kekerasan untuk memperingati atau bahkan menghukum anak supaya mereka tidak trauma. Apalagi jika kekerasan yang menimbulkan luka fisik seperti yang diterima oleh Sangkuriang akibat kemarahan Dayang tersebut akan mengakibatkan hubungan Bunda dan Ayah sebagai orang tua dengan Si Kecil semakin memburuk. Ingat Bunda, amarah bisa saja hilang kapan saja, namun trauma yang dialami anak-anak belum tentu hilang dan berujung pada dampak yang lebih intrinsik dari kisah SangkuriangSelain pesan moral, berikut penjabaran unsur-unsur intrinsik berdasarkan kisah Sangkuriang di atas1. Tokoh dan Penokohan kisah SangkuriangDayang Sumbi baik dan penyayangSangkuriang sakti, tidak jujur, dan nakalSi Tumang baik hati dan tulus2. Alur cerita SangkuriangAlur Latar cerita Sangkuriang Latar tempat rumah Dayang Sumbi, hutan, tepi telaga, timur kota, dan atas bukitLatar waktu siang dan malam hari4. Sudut PandangOrang Temaanak yang yuk download aplikasi digital Allo Bank di sini. Dapatkan diskon 10 persen dan cashback 5 kisah dongeng lainnya dalam video di bawah ini[GambasVideo Haibunda] rap/rap Beranda/ Contoh Dongeng Legenda Singkat Bahasa Sunda - Legenda Gunung Tangkuban Perahu / 10 dongeng sasatoan atau fabel bahasa sunda · 1 si peucang jeung biruang · 2 sakadang peucang nipu monyet · 3 peucang balap lumpat jeung tenggek · 4 sakadang .
Jakarta - Salah satu cerita rakyat yang sangat terkenal dari Jawa Barat, yaitu legenda Sangkuriang, Bunda. Legenda ini menceritakan cikal bakal terbentuknya gunung Tangkuban Perahu, gunung yang berada di utara kota jurnal yang dipublikasikan Metasastra tahun 2012, menjelaskan bahwa Sangkuriang merupakan kisah legenda yang menceritakan asal usul terjadinya Gunung Tangkuban Perahu. Cerita ini awalnya beredar dari mulut ke mulut di masyarakat Tatar Sangkuriang ini pada akhirnya diangkat menjadi sebuah mahakarya yang telah didramakan serta dijadikan sebuah film kartun yang sangat digemari oleh anak-anak. Sebab ceritanya tidak berbelit-belit dan mudah dipahami. ADVERTISEMENT SCROLL TO RESUME CONTENT Lantas bagaimana kisahnya? simak selengkapnya yuk, sangkuriangCerita Sangkuriang bermula ketika raja yang bernama Sungging Perbangkara sedang pergi berburu ke hutan. Di tengah perburuannya, dia merasa ingin buang air kecil dan hendak ke dia sedang menunaikan hajatnya, air seni sang raja tertampung di dalam daun caring keladi hutan yang tanpa sengaja diminum oleh seekor babi hutan betina yang sedang betapa menjadi manusia bernama Wayung hamil dibuatnya dan melahirkan bayi cantik yang diberi nama Dayang Sumbi. Kecantikan Dayang Sumbi semakin terlihat ketika beranjak dewasa. Sehingga, banyak dari kalangan raja ingin mempersuntingnya. Bahkan, ada yang rela berperang untuk memperebutkan Dayang Dayang Sumbi belum ingin menikah, akhirnya dia pergi mengasingkan diri dengan ditemani oleh anjingnya, yang bernama Tumang. Suatu ketika, Dayang Sumbi tengah asyik menenun kain dan tanpa sengaja gulungan benang yang digunakannya tiba-tiba merasa malas mengambil gulungan tersebut, entah kenapa terlontar dari lisannya bahwa siapa saja yang dapat mengambilkan gulungan benang tersebut jika dia perempuan, akan dijadikannya saudara. Namun, jika laki-laki maka akan dijadikan suami."Siapa pun yang bisa mengambilkan benang itu, jika dia perempuan akan aku jadikan saudara, dan jika dia laki-laki akan aku jadikan suami," ujar Dayang luar dugaan, si Tumang anjing peliharaannya yang mengambilkan gulungan tersebut. Dan karena sudah berjanji, akhirnya Dayang Sumbi menikah dengan si sebenarnya adalah adalah titisan dewa yang menjelma menjadi anjing. Dari pernikahan itu, lahir anak yang diberi nama tumbuh menjadi anak laki-laki yang tangguh dan gemar berburu di dalam hutan. Setiap berburu, dia selalu ditemani oleh anjing kesayangan ibunya yang bernama Tumang. Dia juga tak mengetahui bahwa Tumang adalah ayahnya karena memang sengaja dirahasiakan oleh ibunya, Dayang hari ketika Sangkuriang hendak berburu bersama Tumang, disuruhnya Tumang untuk mengejar babi betina Wayung, yang tak lain adalah ibunya Dayang Sumbi. Karena tidak menuruti perintah Sangkuriang, dibunuhlah si Tumang oleh Sangkuriang. Hati si Tumang diambil oleh Sangkuriang dan diberikan kepada ibunya, Dayang Sumbi untuk dimasak dan bahwa yang dimakannya itu adalah hati si Tumang, kemarahannya pun memuncak. Seketika itu, kepala Sangkuriang dipukul hingga terluka dan diusir dari tempat yang merasa kecewa dengan perlakuan ibunya itu pergi mengembara. Setelah kejadian tersebut, Dayang Sumbi menyesali perbuatannya. Dia berdoa kepada dewa untuk meminta petunjuk dan berharap Sangkuriang lekas pulang terus berlalu, hingga Sangkuriang tumbuh menjadi lelaki yang gagah dan tampan. Entah berapa lama dia berkelana hingga tanpa disadarinya, Sangkuriang kembali ke hutan tempat asalnya. Di sana Sangkuriang terpesona kepada seorang putri yang ditemuinya di tengah hutan, yang tidak lain ibunya sendiri, Dayang Sumbi. Rupanya Dayang Sumbi memiliki kesaktian yang tinggi sehingga tampak awet muda seperti seorang Dayang Sumbi terkabul, meskipun usianya sudah tidak muda lagi, dia masih terlihat cantik. Hingga suatu ketika, Sangkuriang bertemu dengan Dayang Sumbi, namun dia sudah tidak mengenali Dayang Sumbi sebagai ibunya, bahkan jatuh hati pula dengan Dayang Sumbi yang tidak tahu bahwa lelaki gagah tersebut adalah Sangkuriang dan mereka pun menjalin kasih. Suatu hari Dayang Sumbi tengah membelai kepala Sangkuriang, tanpa sengaja dia menemukan bekas luka karena pukulan yang dilakukan pada Sangkuriang beberapa tahun yang lalu. Mengetahui hal tersebut, Dayang Sumbi meyakini bahwa Sangkuriang adalah anak yang telah melamar Dayang Sumbi, hingga membuatnya bingung dan mencari cara agar pernikahan dengan Sangkuriang tidak akan pernah terjadi. Akhirnya, Dayang Sumbi mengajukan beberapa persyaratan kepadanya, yakni Sangkuriang harus mampu membuat danau dan perahu serta membendung sungai Citarum dalam waktu satu menyanggupi persyaratan ini karena dia telah berguru dan menjadi orang sakti mandraguna. Alhasil, Sangkuriang ternyata mampu memenuhi persyaratan yang diberikan Dayang Sumbi kepadanya. Saat semua pekerjaan hampir selesai, Dayang Sumbi bingung dan meminta petunjuk kepada Dewa memerintahkan supaya Dayang Sumbi mengibaskan selendang yang dimilikinya dan secara gaib matahari muncul di ufuk timur tanda pagi telah yang merasa gagal menjadi geram. Kemudian, dia menendang perahu yang setengah jadi dengan sekuat tenaga dan terguling dalam keadaan tertelungkup hingga akhirnya muncul sebutan Tangkuban juga Bunda, manfaat berdongeng untuk anak pada video berikut[GambasVideo Haibunda] haf/haf
Intitina dongéng Tangkuban Perahu nyaéta saurang nonoman ngaranna Sangkuriang anu hayang kawin jeung awéwé geulis ngaranna Dayang Sumbi. Aranjeunna murag asih silih. Tapi, sanggeus manggihan tapak tatu dina sirah Sangkuriang, Dayang Sumbi manggihan yén Sangkuriang téh putrana. Sangkuriang indit lantaran keuheul ku amarah indungna.
Cerita Rakyat Tangkuban Perahu yang kakak ceritakan sore ini merupakan cerita ketiga yang mengisahkan Sangkuriang dan Dayang Sumbi. Jika kalian ingin tahu versi yang lain dari cerita rakyat gunung tangkuban perahu kalian bisa membaca artikel sebelumya yaitu Legenda Sangkuriang Asal Gunung Tangkuban Perahu dan Kumpulan Dongeng dan Cerita Rakyat Pulau Jawa. Kakak yakin sebagian besar dari kalian sudah tahu dongeng tangkuban perahu, jika yang belum tahu, ini dia kisah lengkapnya. Cerita Rakyat Tangkuban Perahu Sangkuriang dan Dayang Sumbi Asal Muasal Gunung Tangkuban Perahu – Cerita Rakyat Sangkuriang Cerita Rakyat Tangkuban Perahu Dayang Sumbi adalah seorang putri raja yang berparas cantik dan berhati mulia. Ia pergi mengasingkan diri ke hutan karena bosan dengan kehidupannya di dalam istana. Disamping itu hal ini untuk menghindari pertikaian antara kerjaaan tetangga yang berebut untuk mempersuntingnya. Karena kecantikan paras dan baik budi pekertinya, banyak sekali pangeran dan putra bangsawan yang meminang putri Raja ini. Akibatnya terjadi peprangan antar kerajaan karena semua pangeran dan para bangsawan tidak ada yang mau mengalah. Melihat kejadian ini Dayang Sumbi menjadi sedih dan akhirnya mohon pamit kepada ayahandanya untuk mengasingkan diri. Dengan berat hati Sri Baginda Raja merestui permohonan anaknya tersebut. Di hutan, ia ditemani oleh anjing jantannya bernama Tumang. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Dayang Sumbi menenun kain yang kemudian dijual di pasar. Suatu hari, alat tenunnya terjatuh dan menggelinding ke bawah bukit. Dayang Sumbi malas untuk mengambilnya. Tanpa pikir panjang, ia mengucapkan sumpah, “Siapa yang bisa mengambilkan alat tenunku? Aku bersumpah, jika perempuan, ia akan kujadikan saudaraku dan jika laki-laki, akan kujadikan suamiku.” Tumang, yang sebenarnya adalah titisan seorang dewa, mendengar sumpah Dayang Sumbi. Ia segera berlari menuruni bukit dan mengambil alat tenun Dayang Sumbi. Walaupun tidak mengira dengan apa yang terjadi, Dayang Sumbi tetap menepati janjinya. Dayang Sumbi akhirnya menikah dengan Tumang. Mereka dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Sangkuriang. Sangkuriang kecil sangat mahir berburu. Ia menggunakan tombak dan panah untuk membunuh buruannya. Sangkuriang kecil tak pernah tahu, siapa ayahnya. Pagi itu, seperti biasa Sangkuriang pergi berburu bersama Tumang. “Lihat Tumang… sepasang rusa yang gemuk.” Sangkuriang segera mengeluarkan anak panahnya. Namun sayang, kedua rusa itu sadar adanya bahaya dan melarikan diri. Anak panah itu hanya mengenai paha salah satu rusa. Sangkuriang lalu menguruh Tumang untuk mengejar rusa itu. “Cepat Tumang, kejarlah mereka! Gigit kakinya supaya mereka tak bisa lari lagi,” perintahnya pada Tumang. Dalam hati, Tumang sebenarnya kurang suka jika putranya itu membunuh hewan-hewan hutan. Tumang akhirnya berpura-pura mengejar kedua rusa tersebut, dan ia kembali tanpa hasil. “Payah! Seharusnya kau bisa menangkapnya dengan mudah,” gerutu Sangkuriang. Karena kecewa, Sangkuriang mengusir Tumang. “Anjing Tua, pergilah jauh-jauh dariku. Kau sudah tidak berguna lagi!” Andai saja ia tahu bahwa Tumang adalah ayahnya, ia tentu tak akan mengusirnya. Dengan hati sedih, Tumang pun pergi meninggalkan Sangkuriang. cerita rakyat gunung tangkuban perahu Sesampainya di rumah, Sangkuriang bercerita pada ibunya, “Aku hampir saja mendapatkan seekor rusa. Tapi gara-gara Tumang, aku gagal. Anjing kita itu sudah terlalu tua, Bu,” Dayang Sumbi menengok keluar dan bertanya, “Di mana Tumang sekarang?” “Sudah kuusir. Untuk apa kita memeliharanya lagi? Ia sudah tua dan tak berguna.” Dagang Sumbi terkesiap. “Apa? Sangkuriang, berani sekali kau mengusir Tumang.” Dayang Sumbi marah sekali. Ia mengambil sendok nasi dan memukulkannya ke kepala Sangkuriang. Saking kerasnya, kepala Sangkuriang terluka dan berdarah. Sangkuriang menangis dan kecewa. “Mengapa Ibu memukulku demi seekor anjing?” tanyanya. Lalu ia mengemasi barang-barangnya dan pergi meninggalkan rumah. Dayang Sumbi menyesali perbuatannya, tapi Sangkuriang sudah terlanjur pergi meninggalkannya. Tak terasa hari demi hari berlalu. Sangkuriang sekarang telah dewasa. Selama kepergiannya, ia menjelajahi seluruh negeri. la pindah dari satu daerah ke daerah yang lain. Suatu saat, tanpa sadar, Sangkuriang kembali ke hutan tempat ia dulu tinggal bersama Dayang Sumbi. Hutan itu sudah jauh berubah. Pohonnya tak lagi banyak dan digantikan oleh rumah-rumah penduduk yang bagus-bagus. Sangkuriang benar-benar tak mengenali bahwa inilah hutan tempat ia tinggal dulu. Saat Sangkuriang melewati pasar, ia melihat sesosok wanita cantik semampai. “Cantik sekali wanita itu,” gumamnya. Sangkuriang tak tahu, wanita itu adalah Dayang Sumbi, ibunya sendiri. Sangkuriang mendekati wanita itu dan mengajaknya berkenalan. Mereka berdua pun soling jatuh cinta, dan sepakat untuk menikah. Suatu sore, Dayang Sumbi hendak memotong rambut Sangkuriang. Saat menyisir rambut Sangkuriang, Dayang Sumbi terkejut. Ia melihat bekas luka di kepala Sangkuriang. “Jangan-ja- ngan…” bisiknya cemas. “Sangkuriang, mengapa ada bekas luka di kepalamu?” tanyanya penasaran. “Saat kecil, Ibuku memukul kepalaku dengan sendok nasi. Ia marah karena aku mengusir anjing peliharaan kami.” Dayang Sumbi langsung lemas mendengar penjelasan Sangkuriang itu. Terbata-bata, ia berkata, “Sangkuriang… akulah Ibu yang dulu memukul kepalamu, Nak. Kita tak boleh menikah, kita adalah ibu dan anak.” “Tak mungkin, pasti ini hanya alasanmu saja untuk membatalkan pernikahan kita.” jawab Sangkuriang keras. Seribu kali Dayang Sumbi meyakinkannya, seribu kali pula Sangkuriang menolak. Ia tetap ingin menikahi Dayang Sumbi! Akhirnya Dayang Sumbi mendapat akal. Ia meminta Sangkuriang untuk membendung Sungai Citarum dan membuat perahu besar untuk menyeberanginya. Keduanya harus selesai sebelum fajar menyingsing. Jika Sangkuriang gagal, Dayang Sumbi tak mau menikah dengannya. Sangkuriang menyanggupi permintaan Dayang Sumbi itu. Baginya, kedua permintaan itu bukanlah hal yang sulit. Sangkuriang mulai bekerja. Dengan bantuan para jin, ia bekerja keras membendung Sungai Citarum. la tak sadar kalau Dayang Sumbi diam-diam memperhatikannya. Dayang Sumbi cemas melihat Sangkuriang bisa bekerja secepat itu. “Aku harus segera melakukan sesuatu,” pikirnya. “Aha,” ia teringat dengan kain sutra berwarna merah yang baru ia tenun. Kain itu berukuran cukup besar karena ia menenunnya untuk digunakan sebagai tirai dan selimut. Dayang Sumbi berlari menuju perumahan penduduk. Dengan panik, ia menceritakan apa yang terjadi. Penduduk yang telah mengenal Dayang Sumbi dengan baik, tentu saja tak setuju jika Sangkuriang menikahinya. Mereka setuju untuk membantu Dayang Sumbi. Dayang Sumbi mengajak penduduk untuk menggelar kain sutra merah itu di sebelah timur Sungai Citarum. Sebagian penduduk yang lain membuat suara gaduh seolah-olah kegiatan pagi telah dilakukan. Sangkuriang yang sedang bekerja, terkejut mendengar suara gaduh tersebut. Ia menoleh ke arah timur. Dilihatnya langit sudah merah, ia mengira pagi telah tiba. Ia tak tahu bahwa itu adalah kain sutra merah yang digelar oleh Dayang Sumbi dan penduduk desa. Sangkuriang sangat marah dan kecewa. “Aku telah gagal,” katanya dalam hati. Sangkuriang berteriak sekeras-kerasnya, “Aku mencintaimu, Dayang Sumbiiii… aku benar-benar mencintaimu!” Sangkuriang tak bisa melawan amarah dalam dirinya. Dengan segala kekuatannya, ia menjebol bendungan yang ia buat. Air pun tumpah ke mana-mana. Ia juga menendang perahu besar yang terbuat dari kayu. “Gloodakkkk…” perahu itu terlempar jauh ke arah utara dengan posisi tertelungkup. Konon kabarnya, perahu yang jatuh tertelungkup itu, sekarang dikenal dengan Gunung Tangkuban Perahu, yang berarti “perahu yang menelungkup”. Pesan dari Cerita Rakyat Tangkuban Perahu Dongeng Sangkuriang untukmu adalah Memiliki cita-cita setinggi langit memang baik, tapi perlu dipertimbangkan juga apakah cita-cita dan keinginanmu itu merugikan orang lain atau tidak. Berhati-hatilah dalam mengucapkan sumpah, karena sumpah dan janji itu harus ditepati. Terima kasih bagi Adik-adik yang telah membaca dongeng sangkuriang bahasa indonesia yang Kakak posting sore ini. Jika kalian suka jangan lupa bagikan cerita rakyat sangkuriang bahasa indonesia ini ke rekan-rekan kalian yang lain, bisa melalui facebook, twitter dan google plus
Dalam Cerita dongeng lutung kasarung bahasa sunda ini akan menceritakan tentang kisah seekor kera yang tak lain ternyata adalah sesosok pria yang sangat tampan yang bertemu dengan ratu yang sangat cantik bernama purbasari. Baca juga: Kumpulan 15+ Judul Dongeng Sunda Legenda Sasakala Jawa Barat!
Dongengini mengisahkan cerita Sangkuriang yang menjadi asal muasal terbentuknya gunung Tangkuban Perahu yang sangat terkenal sebagai objek wisata di Jawa Barat. Dongeng Rakyat Jawa Barat - Legenda Tangkuban Perahu Pada zaman dahulu, hiduplah seorang perempuan cantik bernama Dayang Sumbi.
LEGENDASANGKURIANG : ASAL GUNUNG TANGKUBAN PERAHU. Alkisah pada jaman dahulu kala seekor babi tengah melintas di sebuah hutan belantara. Babi hutan itu sedang merasa kehausan di tengah panasnya terik matahari. Pada saat dia mencari-cari mata air, dia melihat ada air yang tertampung di pohon keladi hutan.
Kisahpercintaan terlarang antara ibu dan anak menjadi dongeng pengantar sebelum tidur. Dalam bahasa Sunda, Tangkuban Parahu bisa diartikan perahu yang tengkurap. Dari kota Bandung, gunung ini memang seperti perahu yang terbalik. Namun bukan legenda itu yang membuat gunung itu menarik dikunjungi. Terletak sekitar 20 kilometer dari kota Bandung
Gn Sunda Purba itu kemudian runtuh, dan membentuk suatu kaldera (kawah besar yang berukuran 5-10 km) di dalam mana di tengahnya lahir G. Tangkuban Parahu, yang disebutnya dari Erupsi A dari Tangkuban Parahu, bersamaan pula dengan terjadinya patahan Lembang berbentuk gawir yang membentang dari Cisarua- Lembang sampai ke G. Manglayang, dan bNBWHZ.
  • qv0q8i5xn5.pages.dev/258
  • qv0q8i5xn5.pages.dev/88
  • qv0q8i5xn5.pages.dev/442
  • qv0q8i5xn5.pages.dev/219
  • qv0q8i5xn5.pages.dev/177
  • qv0q8i5xn5.pages.dev/43
  • qv0q8i5xn5.pages.dev/263
  • qv0q8i5xn5.pages.dev/408
  • dongeng bahasa sunda tangkuban perahu